Sabtu, 01 Mei 2010

sejarah depok

Dulu, Pondok Cina hanyalah hamparan perkebunan dan semak-semak
belantara yang bernama Kampung Bojong. Awalnya hanya sebagai tempat
transit pedagang-pedagang Tionghoa yang hendak berjualan di Depok.
Lama-lama menjadi pemukiman, yang kini padat sebagai akses utama
Depok-Jakarta.

Kota Madya Depok (dulunya kota administratif) dikenal sebagai
penyangga ibukota. Para penghuni yang mendiami wilayah Depok sebagian
besar berasal dari pindahan orang Jakarta. Tak heran kalau dulu
muncul
pomeo singkatan Depok: Daerah Elit Pemukiman Orang Kota. Mereka
banyak
mendiami perumahan nasional (Perumnas), membangun rumah ataupun
membuat pemukiman baru.

Pada akhir tahun 70-an masyarakat Jakarta masih ragu untuk mendiami
wilayah itu. Selain jauh dari pusat kota Jakarta, kawasan Depok masih
sepi dan banyak diliputi perkebunan dan semak belukar. Angkutan umum
masih jarang, dan mengandalkan pada angkutan kereta api. Seiring
dengan perkembangan zaman, wajah Depok mulai berubah. Pembangunan di
sana-sini gencar dilakukan oleh pemerintah setempat. Pusat hiburan
seperti Plaza, Mall telah berdiri megah. Kini Depok telah menyandang
predikat kotamadya dimana selama 17 tahun menjadi Kotif.

Menurut cerita, awalnya Depok merupakan sebuah dusun terpencil
ditengah hutan belantara dan semak belukar. Pada tanggal 18 Mei 1696
seorang pejabat tinggi VOC, Cornelis Chastelein, membeli tanah yang
meliputi daerah Depok serta sedikit wilayah Jakarta Selatan dan
Ratujaya, Bojonggede. Di sana ditempatkan budak-budak dan pengikutnya
bersama penduduk asli. Tahun 1871 Pemerintahan Belanda menjadikan
daerah Depok sebagai daerah yang memiliki karesidenan sendiri.
Sebagai
daerah baru, Depok menarik minat pedagang-pedagang Tionghoa untuk
berjualan di sana. Namun Cornelis Chastelein pernah membuat peraturan
bahwa orang-orang Cina tidak boleh tinggal di kota Depok. Mereka
hanya
boleh berdagang, tapi tidak boleh tinggal. Ini tentu menyulitkan
mereka. Mengingat saat itu perjalanan dari Depok ke Jakarta bisa
memakan waktu setengah hari. Untuk mengatasi kesulitan transportasi,
pedagang-pedagang tersebut membuat termpat transit di luar wilayah
Depok, yang bernama Kampung Bojong. Mereka berkumpul dan mendirikan
pondok-pondok sederhana di sekitar wilayah tersebut. Dari sini mulai
muncul nama Pondok Cina.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar